Sekolah Dasar (SD) yang menggelar tes baca, tulis, hitung (Tes calistung) sebagai seleksi masuk merupakan tanda satuan pendidikan tersebut harus dihindari karena enggan bersusah payah mendidik sehingga mengambil jalan pintas.
Penilaian tersebut disampaikan pengamat pendidikan yang juga Ketua Yayasan Guru Belajar, Bukik Setiawan. Ia pun mendukung kebijakan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menghapus tes calistung dalam seleksi masuk SD.
Bukik menyebut sekolah yang memberlakukan calistung dalam tes masuk memiliki indikator sekolah monster. Sekolah monster artinya memiliki nafsu besar agar terkesan sekolah terbaik tetapi tidak mau bersusah payah dalam mendidik.
Sekolah jenis ini pun memilih mengambil jalan pintas dengan menggelar tes calistung sebagai syarat penerimaan peserta didik baru."Penggunaan tes calistung untuk seleksi masuk SD pada pada dasarnya adalah indikator sekolah monster," terang Bukik kepada detikEdu, Kamis (30/3/2023).
Ia mengimbau agar orang tua harus sadar dan menghindari sekolah monster. tersebut Menurutnya, jika orang tua lalai terhadap hal ini maka artinya mereka mengorbankan masa depan anak-anaknya.
"Anak akan dituntut target tinggi akademik yang tidak realistis, latihan soal berulang kali yang membosankan, diberi banyak tugas yang membebani, bahkan di hari libur pun padat dengan tugas," ujarnya.
Calistung Bukan Pembelajaran Tepat bagi Anak PAUD
Ia menyampaikan bukan tugas pendidik PAUD mengajarkan muridnya calistung, melainkan tugas pendidik di SD. Hal yang lebih membuatnya miris adalah tuntutan belajar calistung yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan anak.
Pada awalnya, seorang anak menunjukkan kegembiraan karena merasa lebih pintar dari teman sebayanya saat berhasil menguasai calistung. Namun, penguasaan calistung yang terburu-buru tersebut mengesampingkan keterampilan sosial dan emosional yang jauh lebih penting.
"Tapi sebenarnya, penguasaan kompetensi calistungnya kurang utuh, anak kehilangan minat belajar dan anak kehilangan waktu buat mempelajari banyak keterampilan sosial emosional yang penting," jelasnya.
Cara Belajar yang Baik untuk Anak PAUD
Bukik menyampaikan tiga cara proses belajar yang menyenangkan bagi siswa PAUD, antara lain:
1. Belajar Melalui Aktivitas Bermain
Bermain merupakan aktivitas yang dilakukan karena minat atau kesukaan, bukan karena mengejar target. Belajar melalui bermain menurut Bukik dapat membuat anak dapat belajar karena kemauan dalam dirinya.
"Aktivitas bermain dapat memfasilitasi proses belajar dan tumbuh kembang anak pada sejumlah aspek sekaligus," jelasnya.
2. Belajar sesuai Tahap Perkembangan Murid
Kemampuan menulis memang harus diajarkan pada jenjang SD, tetapi agar anak bisa menulis diperlukan keterampilan motorik. Menurut Bukik, aktivitas penguatan keterampilan motorik di PAUD dapat menjadi pondasi penguasaan calistung.
"Penting bagi guru memahami kompetensi awal murid sebelum menentukan tujuan pembelajaran," kata bukik.
3. Melibatkan Murid dalam Proses Pembelajaran
Proses belajar selanjutnya yang perlu bagi anak usia PAUD adalah aktivitas yang membuat siswa terlibat menentukan pilihan. Dengan pelibatan ini, maka anak akan mempunyai rasa memiliki terhadap tujuan dan cara belajar.
"Dan siapa yang tidak semangat belajar kalau mempunyai rasa memiliki terhadap tujuan dan proses belajarnya," katanya.
Bukik berharap adanya perubahan nyata di lapangan terkait implementasi penghapusan calistung sebagai tes masuk SD/MI. Ia menyebut penguatan kebijakan ini harus dilakukan dinas kementerian hingga dinas pendidikan daerah.
"Penguatan sekolah yang berorientasi pada well being/berpihak pada anak, penguatan peran dinas pendidikan daerah, edukasi pada orangtua melibatkan komunitas dan perusahaan, hingga nantinya ada pemberian sanksi terhadap pelanggaran," ujar Bukik.
Sumber: https://www.detik.com/edu/sekolah/d-6647177/pengamat-pendidikan-tes-calistung-masuk-sd-indikator-sekolah-monster