Kapan Sidang Isbat Ramadhan 2023 - Penetapan tanggal awal Ramadan menjadi kabar yang paling dinanti-nantikan oleh umat Islam. Meski begitu, biasanya ada perbedaan awal Ramadhan di kalangan umat Islam Indonesia, khususnya antara Muhammadiyah dan NU (Nahdlatul Ulama).
Hal itu bisa terjadi karena perbedaan metode penetapan, yaitu antara Hisab Wujudul Hilal dan Imkanur-Rukyat.
Biasanya Kementerian Agama akan rutin melakukan sidang isbat guna menengahi perbedaan terkait penetapan awal Ramadan yang bisa jadi berbeda karena pemahaman yang dianut.
Sidang Isbat digelar untuk menentukan dan menetapkan awal bulan baru dalam kalender Hijiriah. Sidang Isbat biasanya dilakukan untuk penetapan awal ramadan, awal Syawal atau Idul Fitri dan awal Zulhijah untuk menentukan Idul Adha yang jatuh pada 10 Zulhijah.
Melansir dari laman jatim.kemenag.org, sebagaimana fatwa MUI, penetapan awal Ramadan dengan cara sidang isbat dilakukan berdasarkan metode Hisab dan Rukyat. Hasil perhitungan astronomi atau Hisab, dijadikan sebagai informasi awal yang kemudian dikonfirmasi melalui metode Rukyat (pemantauan di lapangan). Kemudian hasil dari sidang isbat akan diinformasikan kepada masyarakat untuk dijadikan pedoman.
Pelaksanaan Sidang Isbat Ramadhan 2023
Kementerian Agama (Kemenag) akan melaksanakan sidang isbat untuk menentukan awal ramadan 1444 H sekaligus menentukan jatuhnya tanggal awal ibadah puasa setiap tanggal 29 Bulan Syaban. Di tahun ini, tanggal tersebut bertepatan pada Rabu, 22 Maret 2023 mendatang.
Sidang isbat awal ramadan akan melibatkan Tim Hisab Rukyat Kemenag, pimpinan MUI,dan perwakilan ormas Islam. Sidang Isbat nantinya akan digelar di Auditorium HM Rasjidi, Kantor Kemenag RI, Jalan MH Thamrin, Jakarta.
Adapun sidang isbat akan terbagi dalam tiga tahap yaitu seminar pemaparan posisi hilal, pelaksanaan sidang isbat penetapan awal ramadan dan terakhir menyiarkan hasil sidang isbat secara langsung,
Perkiraan Puasa NU
Dalam menentukan awal ramadan, NU memanfaatkan metode Rukyatul hilal, yaitu melihat hilal tanpa bantuan alat seperti teleskop, dalam artian menggunakan mata telanjang. Penampakan bulan sabit muda harus mencapai tinggi 3-6,4 derajat dan kemunculan bulan sabit tersebut harus dikonfirmasi petugas di lapangan.
Selain itu, ada tiga faktor lain yang harus terpenuhi untuk menetapkan awal ramadan dengan metode Rukyatul hilal, yakni sebelum matahari tenggelam, ijtimak minimal 8 jam, dan terlihat bulan di atas ufuk.
NU sendiri hingga kini belum merilis penetapan awal ramadan 2023. Adapun biasanya NU akan menetapkan awal ramadan mengikuti keputusan Kementerian Agama RI. Namun jika hilal dapat terlihat ketika melakukan rukyatul hilal, maka perkiraan puasa NU dan jadwal puasa Ramadan 1444 H bisa dilaksanakan bersama pada 23 Maret 2023.
Perkiraan Puasa Muhammadiyah
Melansir dari laman muhammadiyah.or.id, untuk menentukan 1 Ramadan dan 1 Syawal, Muhammadiyah memakai perhitungan peredaran bulan (hisab) atau disebut sebagai hisab hakiki wujudul hilal. Perhitungan awal Ramadan tersebut dipelopori Wardan Diponingrat berdasarkan Al Quran Surah Yasin ayat 39-40, hadits, konsep fiqih, dan ilmu astronomi dimana matahari tenggelam lebih dahulu dibandingkan dengan bulan walau hanya kurang semenit.
Dalam buku Pedoman Hisab Muhammadiyah dipaparkan bahwa hisab hakiki wujudul hilal dimulai hari ke-29 bulan Qamariah. Serta harus terpenuhi tiga syarat, meliputi telah terjadi ijtimak, ijtimak sebelum matahari terbenam, dan bulan (piringan di atasnya masih di atas ufuk) saat matahari terbenam.
Muhammadiyah sendiri telah merilis perkiraan awal ramadan 2023. Muhammaduyah menetapkan awal ramadan 1444 H jatuh pada Kamis, 23 Maret 2023 Masehi. Hal tersebut tercantum pada Maklumat PP (Pimpinan Pusat) Muhammadiyah No. 1/MLM/I.E/2023 yang disampaikan dalam konferensi pers di kantor PP Muhammadiyah, Yogyakarta.