1) Berikut adalah faktor penting dalam pembuatan OTM, kecuali:
A. Sterilitas, larutan jernih, bebas partikel dan serat halus
B. Sediaan tetes mata tidak diperbolehkan ditambahkan pengawet karena akan
membahayakan epitelium pada kornea
C. Jika tidak mungkin dibuat isotonis maka dibuat hipertonis
D. Jika tidak mungkin dibuat isohidris maka pH dicapai dengan teknik euhidri
E. Perlu ditambahkan peningkat viskositas untuk meningkatkan waktu kontak
sediaan dengan kornea mata
2) Sebagian besar zat aktif yang digunakan untuk sediaan mata bersifat
larut air atau dipilih bentuk garamnya yang larut air. Untuk zat aktif
berupa basa lemah, dapat dipilih bentuk garamnya, yaitu:
A. Hidroklorida, nitrat
B. Sulfat, kalium
C. Natrium, nitrat
D. Asetat, hidroklorid
E. Kalium, natrium
3) Untuk sediaan suspensi mata, partikel-partikel dalam suspensi dapat
mengiritasi / menggores kornea dan meningkatkan laju lakrimasi dan
kedipan, solusi yang tepat adalah:
A. Dipilih bentuk garam yang mudah larut
B. Dikemas dalam wadah tertutup rapat dengan dropper built in
C. Ditambahkan zat pengkelat supaya partikel-partikel terjerap oleh
pengkelat
D. Ditingkatkan viskositasnya sehingga waktu kontak bahan aktif akan lebih
lama
E. Digunakan partikel yang sangat kecil yaitu dengan memakai zat aktif yang
dimikronisasi
4) Bahan tambahan dalam pembuatan obat tetes mata harus diperhatikan,
berikut merupakan dapar yang diperbolehkan untuk OTM:
A. Asam borat dan sitrat
B. Dapar sitrat dan fosfat
C. Dapar asetat dan nitrat
D. Feniletil alkohol dan dapar sitrat
E. Dapar asetat dan klorobutanol
5) Berikut merupakan evaluasi fisik sediaan obat tetes mata tipe
suspensi, yaitu:
A. Penentuan potensi dan pengawet
B. Identifikasi dan penetapan kadar
C. Penentuan homogenitas dan distribusi ukuran partikel
D. Penetapan kadar dan volume sedimentasi
E. Kenanpuan redispersibilitas dan uji sterilitas
6) Pada pemeriksanaan jumlah partikel dalam oven, jumlah partikel non
viable yang diperbolehkan ada pada titik pengujian dengan ukuran ≥ 5 μm
adalah sebanyak:
A. 20/ m3
B. 29/ m3
C. 2900/ m3
D. 3520/ m3
E. 352000/ m3
7) Berikut ini adalah alat yang digunakan untuk pengukuran jumlah
partikel dalam oven:
A. Cawan kontak
B. Autoklaf
C. Settle plate
D. Particle counter
E. Smoke stick
8) Berikut ini merupakan prosedur pelaksanaan verifikasi kebocoran
oven:
A. Memasukkan secara bersamaan semua termokopel ke dalam beaker glass yang
berisi minyak silicon.
B. Tentukan temperatur tertinggi dan terendah pada tiap pengukuran.
C. Lakukan penghitungan perbedaan antara temperatur tertinggi dan temperatur
terendah.
D. Pasang minimal 10 - 12 buah termokopel dalam chamber secara horizontal.
E. Menggunakan asap yang diciptakan dengan “smoke stick” di sepanjang
sela-sela pintu.
9) Kalibrasi termokopel dilaksanakan sebelum dan sesudah kualifikasi
kinerja oven. Pencatatan hasil pengujian dilakukan setelah mencapai
suhu:
A. 160 C
B. 170 oC
C. 210 oC
D. 230 oC
E. 240 oC
10) Berikut ini adalah tujuan dilakukannya pengamatan distribusi panas
dengan muatan pada kualifikasi kinerja oven:
A. Untuk mengetahui jumlah kontaminan dalam oven.
B. Untuk menentukan daerah dengan temperature tertinggi pada tiap jenis
muatan oven atau alat yang disterilkan.
C. Untuk menentukan daerah dengan temperatur terendah pada tiap jenis muatan
oven atau alat yang disterilkan.
D. Untuk mengetahui distribusi panas atau keseragaman panas di dalam oven.
E. Untuk mengetahui jumlah partikel dalam oven.
DOWNLOAD SEKARANG JUGA