Coaching merupakan proses seni komunikasi yang di dalamnya terdapat percakapan antara Coach dengan Coachee (atau biasa kita sebut dengan klien). Tugas dari Coach adalah memberdayakan pikiran Coachee sehingga mampu mentransformasi cara berpikirnya dan menciptakan kesadaran baru untuk melampaui apa yang menjadi tujuannya.
Teknik untuk mentransformasi pikiran adalah hanya dengan bertanya mengenai pertanyaan yang memberdayakan yang berupa pertanyaan terbuka.
3 Unsur Dalam coaching
Dalam coaching terdapat 3 unsur penting yaitu:
1. Unsur kemitraan
Merupakan unsur yang di dalamnya terdapat hubungan kesetaraan dalam komunikasi antara guru dan peserta didik. Kesetaraan berarti tidak ada pihak yang otoritasnya lebih tinggi sehingga guru perlu fokus pada tujuannya dan mendukung peserta didik agar dapat mencapai hasil yang lebih baik.
2. Unsur memberdayakan pikiran
Yaitu unsur yang berbentuk dialog, diskusi, atau tanya-jawab antara guru dan peserta didik yang merangsang proses berpikir mendalam sehingga mampu menggali dan “menginspirasi” peserta didik untuk bertindak melalui kesadarannya. Tindakan tersebut berasal dari buah pikiran yang sadar sehingga peserta didik akan bertindak dengan menjalankan komitmennya.
3. Unsur kreativitas
Pada unsur ini, guru bukan hanya sekedar sebagai penjaga yang pasif. Baik guru maupun peserta didik memiliki relasi yang baik sehingga guru mampu memenuhi kebutuhannya secara kreatif dan memastikan peserta didik melakukan berbagai bentuk tindakan-tindakan nyata agar mampu mengoptimalkan potensinya.
Dampak dari hal tersebut adalah peserta didik akan merasa bahagia karena menemukan sesuatu yang baru dari buah pikirannya. Peserta didik juga akan menjadi inovatif dalam bertindak dan mampu menemukan berbagai alternatif solusi dalam menghadapi tantangan.
Terdapat dua syarat yang dapat membantu proses coaching mencapai hasil yang maksimal yaitu seorang coachee memiliki kepercayaan kepada Coach dan Coach layak dipercaya sehingga terjadi proses percakapan yang terbuka dan jujur.
Membangun kepercayaan dalam percakapan tersebut membutuhkan 2 hal penting yaitu self trust atau Kepercayaan terhadap Diri dan relationship trust atau Kepercayaan dalam Hubungan. Seorang Coach agar layak dipercaya harus membangun Kepercayaan terhadap diri.
Kepercayaan terhadap Diri dapat dibangun atas dasar 2 prinsip yaitu karakter dan kompetensi. Karakter yang dimaksud adalah seseorang harus memiliki integritas bukan loyalitas. Loyalitas biasanya berkaitan dengan waktu seperti berapa lama seorang guru menjalani tugasnya sebagai guru.
Namun, yang disebut Integritas bukan berkaitan dengan waktu, melainkan berkaitan dengan kontribusi, yaitu seberapa besar dampak dari apa yang guru lakukan dan bagaimana cara guru dapat berkontribusi secara maksimal. Selain itu, diperlukan intens atau maksud. Setiap tindakan kita harus memiliki kehendak yang tulus dan tanpa prasangka sehingga dapat diterima oleh orang lain sebagai bentuk percakapan yang selaras. Sementara itu, Kompetensi merupakan suatu cakupan dari kapasitas diri yang terbentuk dari proses belajar terus-menerus dan berdampak pada suatu cara berpikir yang sering kali disebut pola pikir bertumbuh (growth mindset).
Dampak pola pikir bertumbuh pada seseorang adalah memiliki keinginan untuk meningkatkan atau mengembangkan keterampilan yang dimiliki dirinya. Keterampilan tersebut mengarah pada hardskill, yaitu kemampuan di bidang teknis atau konten. Jika seseorang semakin berpengalaman dalam bidangnya dan memiliki kemauan untuk belajar, maka yang bersangkutan akan menjadi ahli dalam bidang teknikalnya.
Hal tersebut akan memunculkan hasil atau track record yang terbentuk dari pengalaman sehingga seseorang akan memiliki jejak rekam yang dapat dibaca oleh orang lain. Perilaku dan kontribusi yang baik selama proses dalam kehidupan menjadi penguatan dalam membentuk self trust. Hal tersebut dikarenakan perilaku seseorang menunjukkan siapa diri seseorang tersebut.
Kepercayaan dalam Hubungan
Kepercayaan dalam Hubungan merupakan karakter dan kompetensi yang diwujudkan dalam bentuk perilaku yang berlangsung terus menerus atau konsisten. Perilaku tersebut juga berkaitan dengan istilah “walk the talk” atau “saya melakukan apa yang saya katakan”.
Istilah “walk the talk” memiliki arti bertindak atau bertingkah laku sesuai dengan perkataan. Secara keseluruhan, istilah tersebut memiliki beberapa arti diantaranya:
- Membuktikan suatu perkataan dengan tindakan.
- Menggantikan kata-kata menjadi tindakan.
- Melakukan apa yang diri sendiri ajarkan kepada orang lain.
- Bertindak dengan jujur dan tulus serta memberikan teladan. Pengertian ini serupa dengan semboyan perguruan Taman Siswa yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara yaitu “Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani” yang berarti “di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan”.
Selain “walk the talk”, perilaku konsisten juga dapat diwujudkan dengan berbicara apa adanya, menunjukkan rasa hormat pada orang lain, menciptakan transparansi, memenuhi komitmen, dan lain-lain.
Proses coaching sejatinya merupakan proses mendidik anak tanpa 4M, yaitu tanpa memarahi, tanpa melarang, tanpa menyuruh, dan tanpa menasihati. Coaching dapat membangun masa depan anak-anak dengan cara yang lembut sehingga tidak saling melukai. Tidak menutup kemungkinan coaching dapat mengubah luka menjadi sebuah berkah.
Oleh: Dr. Pramudianto, PCC
Websis for Edu dan V&V Communication untuk Program Semangat Guru 2