Dari berbagai definisi tentang kreativitas, dua aspek penting yang sering muncul adalah orisinalitas dan efektivitas mencapai tujuan atau solusi (kita pelajari di materi 2). Pada materi ini akan dokus membahas efektivits mencapai tujuan dalam konteks berpikir kreatif.
Ada 2 pertanyaan yang akan kita bahas pada materi ini:
1. Mengapa harus membahas efektivitas untuk mencapai tujuan?
2. Apakah tidak bisa kita mengembangkan kreativitas demi kreativitas itu sendiri dan tanpa tujuan?
Pembahasan tentang tujuan ini penting untuk membedakan produk unik yang dihasilkan dari usaha seseorang dengan produk unik yang tercipta secara tidak sengaja. Mari kita simak contoh di bawah ini:
Contoh kasus
Alya tersandung kaki meja dan tidak sengaja menumpahkan dua warna cat di atas kertas gambar, lalu ternyata kertas gambar dengan dua warna itu menjadi indah. Alya tidak berpikir kreatif untuk menghasilkan produk indah itu.
Dibandingkan dengan Billy yang ingin membuat gambar indah yang unik, lalu mencoba-coba menuangkan cat dua warna di atas kertas gambar. Dalam hal ini, Billy berusaha berpikir kreatif.
Ia mempunyai tujuan yaitu membuat gambar indah. Teknik menuangkan cat sebetulnya bukan hal yang baru, tapi Billy memodifikasi teknik tersebut. Ia menuangkan cat ke atas sendok dan garpu, dan cat yang menetes dari sendok dan garpu itulah yang menghasilkan paduan bentuk dan warna unik di atas kertas gambar.
Apakah gambar Billy yang belum indah dan belum unik itu bisa dikembangkan lagi ya sehingga menjadi produk kreatif?
Tentu bisa! Meminjam kata-kata Edison yang dimuat di majalah Harper tahun 1932 “Genius is 1% inspiration and 99% perspiration” (terjemahan: “Jenius adalah 1 persen inspirasi dan 99 persen keringat” ). Kreativitas juga sejalan dengan hal ini. Munculnya ide sebetulnya hanya memegang 1% saja dari kreativitas, tapi 99% lainnya adalah kerja keras penuh keringat untuk memoles ide tersebut sehingga betul-betul menjadi pemikiran kreatif.
Ingat! Bahwa produk kreatif harus orisinal dan bukan menjiplak, betul? Pernah dengar ada produk kreatif yang terinspirasi dari pemikiran orang lain?
Apa sih bedanya ‘terinspirasi’ dan ‘menjiplak’? Mari kita bahas ketiga pertanyaan tersebut.
Menjiplak artinya mengambil seluruh atau sebagian besar ide orang lain, dan diakui sebagai ide diri sendiri. Di sini tidak ada (atau tidak cukup banyak) pengolahan dari diri sendiri. Tentunya ini tidak dianggap sebagai kreativitas ya.
Sedangkan, ‘terinspirasi’ berarti awalnya tertarik dengan ide orang lain, lalu ada pemikiran lebih lanjut untuk mengembangkan ide orang lain tersebut, sehingga akhirnya menjadi ide yang baru. Jika pengembangannya hanya sedikit, maka ide akhir masih terlihat sangat mirip dengan ide orang lain, dan bisa dianggap menjiplak.
Akan tetapi, jika ide kedua dievaluasi kekurangannya dan dimodifikasi lebih lanjut, demikian berulangulang maka ide akhirnya bisa semakin terlihat keunikan dan orisinalitasnya.
Revisi dan modifikasi tidak hanya terjadi jika ide awalnya terinspirasi dari ide orang lain. Kadang ide pembaruan justru muncul saat kita menemukan ada kekurangan atau kesalah. Keinginan untuk melakukan PERBAIKAN bisa memunculkan ide-ide baru. Setiap ide baru itu dievaluasi lagi dan direvisi lagi. Tidak perlu takut jika menemukan kekurangan atau kesalahan pada ide kita.
Percayalah bahwa kita akan menemukan cara untuk memperbaikinya. Yang penting, kita setia pada usaha kita mencari alternatif-alternatif baru pemecahan masalah. Dengan demikian, orisinalitas dan efektivitas mencapai tujuan bisa berasal dari evaluasi atas ide yang muncul sebelumnya, dan melakukan pengasahan ide itu terus menerus. Mari kita selalu ingat, “ninety nine percent perspiration” artinya 99% kerja keras dengan berpeluh keringat, demi munculnya ide orisinal yang efektif mencapai tujuan. Sudah siapkah kita bekerja keras supaya menghasilkan karya pemikiran yang kreatif? Selamat mencoba!
Oleh: L. Harini Tunjungsari, M.Psi, Psikolog