Terdapat lima langkah umum dalam penyelesaian masalah yang dapat diintegrasikan ke dalam praktik project-based learning. Kelima langkah tersebut adalah merumuskan masalah, menggagas alternatif solusi, menimbang alternatif solusi, mengimplementasi solusi, dan mengevaluasi solusi.
Pada langkah-langkah tertentu, berpikir kritis harus dipertahankan, namun justru harus dihindari pada langkah lainnya.
Terdapat dua kunci dalam langkah merumuskan masalah, yaitu masalah dan rumusan masalah. Masalah yang dimaksud adalah adanya jarak atau selisih antara kondisi nyata dengan kondisi ideal. Pada sisi lain, rumusan masalah berupa pertanyaan interpretasi kita terhadap jarak tersebut.
5 Langkah-langkah Problem Solving
1. Merumuskan Masalah
Dalam langkah pertama merumuskan masalah ini, berpikir kritis berperan dalam mengidentifikasi kondisi ideal, kondisi nyata, dan selisihnya.
Selain itu, berpikir kritis juga berperan dalam membuat berbagai kemungkinan rumusan masalah. Mari kita bahas dengan contoh berikut:
Contoh
Pada pelajaran ekonomi, Silvi dan kelompok mendapat tugas berupaya proyek berwirausaha untuk mata pelajaran ekonomi. Silvi dan teman-teman kelompoknya memilih untuk berjualan kaos dan membutuhkan modal 1 juta rupiah, saat ini sudah terkumpul 500 ribu rupiah.
Dari contoh di atas, dapat diperhatikan bahwa masalah yang mereka miliki adalah adanya selisih Rp500.000,00 dengan modal yang sudah dimiliki. Maka ada beberapa kemungkinan rumusan masalah. Diantaranya adalah “Bagaimana mencari modal usaha sebanyak Rp1.000.000,00?” dan “Bagaimana tetap bisa berjualan kaos dengan mengabaikan selisih Rp500.000,00 tersebut?”
2. Menggagas alternatif solusi
Pada langkah kedua, yaitu menggagas alternatif solusi, kita perlu menuliskan sebanyak mungkin solusi yang mungkin bisa dipraktikkan. Kita bisa menuliskan semua gagasan, seaneh, sesulit, dan sekonyol apapun. Kita tidak boleh menghilangkan satu pun gagasan, ragu menulis gagasan, ataupun membatalkan gagasan yang sudah terpikirkan.
Berpikir kritis tidak memiliki peran dalam langkah ini. Pada langkah ini, berpikir kritis justru akan menghambat kita sehingga belum diperbolehkan bagi kita untuk berpikir kritis
3. Menimbang setiap alternatif solusi
Dalam langkah ketiga, yakni menimbang setiap alternatif solusi, kita menimbang setiap gagasan setelah semua gagasan sudah tertulis dari langkah sebelumnya. Tujuannya adalah untuk menentukan kandidat solusi yang paling efektif dan efisien. Caranya adalah dengan menimbang setiap gagasan berdasarkan satu set kriteria yang sama.
Dari sini, gagasan yang lebih tidak efektif akan berguguran hingga yang tersisa adalah beberapa alternatif yang paling cocok untuk masalah kita. Pada langkah ini, berpikir kritis berperan untuk memandu kita dalam menentukan kriteria yang objektif untuk menimbang alternatif solusi agar kita tidak terjebak memilih solusi hanya karena solusi tersebut sudah menjadi favorit kita dari awal.
4. Mengimplementasi solusi
Pada langkah mengimplementasi solusi, kita akan menyusun langkah-langkah praktik solusi dan menentukan alat-alat atau sumber daya yang dibutuhkan. Sebelumnya, mungkin kita ingin segera menyelesaikan suatu masalah dengan solusi yang langsung terpikir di kepala. Namun, dengan berpikir kritis pada langkah keempat ini, proses berpikir kita akan di-rem atau diberhentikan sebentar. Ini akan memberikan kesempatan otak kita untuk menemukan solusi lain yang bisa jadi lebih efektif dari solusi yang pertama terpikirkan oleh kita.
5. Mengevaluasi solusi
Pada langkah terakhir, kita akan merefleksikan atau mengevaluasi solusi yang sudah dipraktikkan. Mungkin pada tahap ini, kita bisa bertanya “Apakah berhasil mencapai tujuan secara total, atau masih sebagian, atau sama sekali tidak tercapai?”, “Apakah bisa diulang?”, atau “Apa yangperlu diperbaiki?”. Mirip dengan langkah ketiga, pada langkah ini, berpikir kritis berperan penting dalam membuat kriteria keberhasilan. Dengan berpikir kritis, kita akan objektif dalam menilai keberhasilan solusi kita.
Lantas, apakah yang terjadi setelah langkah kelima selesai? Ketika suatu masalah teratasi, kita akan merasakan perasaan senang, layaknya seperti mendapat suatu hadiah. Ketika tingkah laku berpikir kritis kita diganjar dengan emosi menyenangkan, berpikir kritis bukan lagi menjadi beban untuk orang tersebut, namun kita malah akan ingin melakukannya lagi. Rasa lega dan puas saat berhasil memecahkan masalah dan memberikan solusi saat mengerjakan proyek di kelas pun bisa menjadi pengalaman yang menyenangkan bagi peserta didik.