Kurikulum Prototipe atau Kurikulum 2022 akan segera ditetapkan mulai tahun 2022-2024, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) akan memunculkan kurikulum baru sebagai penyempurna dari kurikulum sebelumnya serta sebagai pendukung program pemulihan pembelajaran menanggapi terjadinya loss learning di Indonesia.
Kurikulum 2022 atau kurikulum prototipe ini mulai dan akan diberlakukan tahun 2022 secara bertahap dan terbatas melalui beberapa program sekolah penggerak dengan sekolah-sekolah tertentu dan dijadikan opsi bagi sekolah yang nantinya akan di terapkan di seluruh satuan pendidikan di Indonesia.
Kurikulum prototipe diberikan sebagai opsi tambahan bagi satuan pendidikan untuk melakukan pemulihan pembelajaran selama 2022-2024. Kebijakan kurikulum nasional akan dikaji ulang pada 2024 berdasarkan evaluasi selama masa pemulihan pembelajaran.
Tiga Elemen Penting dalam Kurikulum 2022
Terdapat tiga elemen penting dalam kurikulum 2022 yang menjadi ciri utama dan pembeda dari kurikulum terdahulu.
Apa saja tiga elemen penting tersebut?
Pertama berbasis Kompetensi yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap dirangkaikan sebagai satu kesatuan proses yang berkelanjutan sehingga membangun kompetensi yang utuh.
Kedua Pembelajaran fleksibel, Penyusunan capaian pembelajaran dalam beberapa fase yakni 2-3 tahun perfase, sehingga peserta didik memiliki kesempatan untuk belajar sesuai dengan tingkat pencapaian, kebutuhan, kecepatan, dan gaya belajarnya.
Kurikulum prototipe menetapkan tujuan belajar per fase (2-3 tahun) untuk memberi fleksibilitas bagi guru dan sekolah.
Ketiga Karakter Pancasila, sinergi antara kegiatan pembelajaran rutin sehari-hari di kelas dengan kegiatan non-rutin (projek) interdisipliner yang berorientasi pada pembentukan dan penguatan karakter berdasarkan kerangka Profil Siswa Pancasila.
Karakteristik Utama Kurikulum Prototipe yang mendukung pemulihan pembelajaran:
1. Pembelajaran berbasis projek untuk pengembangan soft skills dan karakter (iman, taqwa, dan akhlak mulia; gotong royong; kebinekaan global; kemandirian; nalar kritis; kreativitas).
2. Fokus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi.
3. Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan murid (teach at the right level) dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal.
Dengan adanya kurikulum prototipe ini sebagai usaha dari pemulihan pembelajaran di Indonesia setelah mengalami loss learning dapat segera teratasi dengan walaupun harus secara bertahap, semuanya demi kelangsungan kualitas pendidikan dan pembelajaran kita bersama di Indonesia