MASBABAL.COM - Bagaimana cara meningkatkan daya baca masyarakat Indonesia sehingga akan terbentuk budaya literasi?. Ada beberapa program yang layak dijalankan.
Meningkatkan Daya Baca Masyarakat
Pertama, kita perlu memperbaiki kualitas dan pemerataan pendidikan agar bisa mendorong tingkat melek huruf yang lebih tinggi. Infrastruktur (fasilitas) dan suprastruktur (sumber daya manusia) perlu dikembangkan hingga menjangkau pelosok Tanah Air. Jangan sampai ada masyarakat di pedalaman Nusantara yang masih sulit belajar garagara tidak ada sekolah, kekurangan guru, atau minim fasilitas lain. Negara bertanggung jawab memenuhi fasilitas pendidikan bagi warganya.
Kedua, kita bangun lebih banyak perpustakaan di semua daerah sebagai tempat yang nyaman untuk membaca, jumlah koleksi buku yang banyak, dan menawarkan kegiatan yang menarik.
Ketiga, dibutuhkan programprogram berkelanjutan untuk lebih memperkenalkan buku dan mendorong minat baca buku ke sekolah dan masyarakat umum. Jangan terpaku pada seremoni, tetapi fokus pada terobosan yang lebih membumi dan memikat kaum muda untuk membaca.
Keempat, dari sisi penerbit, kita dorong agar semakin banyak buku diterbitkan, terutama buku-buku yang berkualitas dari berbagai bidang. Kian banyak tawaran buku menarik, kian banyak alternatif bacaan bagi masyarakat.
Kelima, kita dukung kekuatan masyarakat madani untuk bersama-sama pemerintah dan semua pihak membangun peradaban membaca buku.
Bentuknya bisa berupa pendirian taman bacaan hingga ke pelosok Nusantara, program pendorong membaca, atau langkah-langkah lain yang mungkin diambil untuk memprovokasi kaum muda agar mencintai buku.
Para aktivis media sosial, seperti Twitter atau Facebook, juga perlu dirangkul untuk lebih sering mengunggah rangsangan membaca buku. Kita ingatkan bahwa bangsa Indonesia lahir berkat perjuangan para pemimpin setelah melihat realitas kehidupan masyarakat terjajah serta terinspirasi dari gagasan kemerdekaan bangsa yang dibaca dari buku-buku.
Dalam hal ini, buku dianggap sebagai "jimat" yang membuat Mohammad Hatta kuat menjalani tekanan pemerintah kolonial Hinda Belanda saat itu. Bung Hatta pernah berkata, "Aku rela dipenjara asalkan bersama buku karena, dengan buku, aku bebas."
Saat diasingkan di Boven Digoel, pedalaman Papua, tahun 1934, Bung Hatta bahkan menulis buku Alam Pikiran Yunani. Saat menikah, buku itu pula yang menjadi mas kawin Hatta untuk istrinya, Rachmi Rahim.
Selain itu, menciptakan generasi muda yang berbudaya literasi adalah kunci penting pembentukan bangsa Indonesia yang berkualitas. Oleh Karena itu, satu hal yang tidak kalah penting adalah revitalisasi metode pembelajaran Bahasa Indonesia yang diarahkan pada upaya membangun budaya literasi terutama pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas peserta didik yang merupakan generasi muda menggunakan bahan ajar dalam berkehidupan. Mereka harus belajar berbahasa atau bersastra untuk dunia nyata, bukan dunia sekolah.
Pembelajaran berbasis budaya literasi dalam dunia pendidikan memiliki keunggulan karena model literasi bukan hanya dimaksudkan agar mereka memiliki kapasitas mengerti makna konseptual dari wacana melainkan kemampuan berpartisipasi aktif secara penuh dalam menerapkan pemahamansosial dan intelektual (White, 1985:56).