Salah satu komponen hasil belajar murid yang diukur pada asesmen nasional adalah literasi membaca serta literasi matematika (numerasi). Asesmen ini disebut sebagai Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) karena mengukur kompetensi mendasar atau minimum yang diperlukan individu untuk dapat hidup secara produktif di masyarakat. Berbeda dengan asesmen berbasis mata pelajaran yang memotret hasil belajar murid pada mata pelajaran tertentu, AKM memotret kompetensi mendasar yang diperlukan untuk sukses pada berbagai mata pelajaran. Berikut Mempersiapkan AKM Menuju Sekolah Berkualitas
Mempersiapkan AKM Menuju Sekolah Berkualitas
ASESMEN NASIONAL 2021 - AKM
Pemetaan mutu pendidikan pada seluruh sekolah, madrasah, dan program kesetaraan jenjang dasar dan menengah
ASESMEN KOMPETENSI MINIMUM (AKM)
Mengukur literasi membaca dan numerasi
SURVEI KARAKTER (SK)
Mengukur sikap, kebiasaan, nilai-nilai sbg hasil belajar non kognitif
SURVE LINGKUNGAN BELAJAR (SLB)
Mengukur kualitas pembelajaran dan iklim sekolah yang menunjang pembelajaran
MENGAPA LITERASI DAN NUMERASI
- Literasi membaca dan numerasi adalah DUA KOMPETENSI MINIMUM bagi siswa untuk belajar sepanjang hayat & dapat berkontribusi kepada masyarakat
- Menurut studi nasional & internasinal, tingkat literasi siswa Indonesia masih rendah
MENGAPA SURVEI KARAKTER
- Pendidikan bertujuan mengembangkan potensi siswa secara utuh
- Asesmen nasional mendorong mengembangkan sikap, values, dan perilaku yang mencerminkan Pancasila
PROFIL & KELEBIHAN AKM
- Tidak dilakukan berdasarkan mata pelajaran atau penguasaan materi kurikulum
- Tidak membedakan peminatan
- Siswa mendapat soal yang mengukur kompetensi yang sama
- Keunikan konteks beragam materi kurikulum lintas mapel dan peminatan (ragam stimulus)
- Penguasaan terhadap 2 kompetensi (literasi dan numerasi)
- Dilakukan agar sesuai dengan standar internasional spt PISA
- AKM dilaksanakan secara adaptif
- Tidak ada kisi-kisi
- Keberhasilan AKM tidak melalui proses drilling soal-soal
DAMPAK AKM
- Memperbaiki budaya belajar (diharapkan)
- Tidak ada dikotomi antara mapel UN dan mapel non UN
- Tidak ada mapel utama dan mapel pelengkap
- Tidak ada percepatan materi/bimbingan intensif
- Meningkatkan proses pembelajaran
PELAKSANAAN
- Menggunakan daring
- Jadwal yang ditentukan dan diawasi
- Guru dan KS mengerjakan survei scr mandiri, waktu cukup panjang
WAKTU
Jenjang SD
- Hari 1, tes literasi 75 menit
- Hari 1, survei karakter 20 menit
- Hari 2, tes numerasi 75 menit
- Hari 2, survei lingkungan belajar 20 menit
Jenjang SMP/MTs, SMA/MA, SMK
- Hari 1, tes literasi 90 menit
- Hari 1, survei karakter 30 menit
- Hari 2, tes numerasi 90 menit
- Hari 2, survei lingkungan belajar 30 menit
Contextual Assessment
Asesmen yang berbasis situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari;
Ruang lingkup stimulus/konteks: personal, sosial, dan global, seperti:
- kesehatan
- pendidikan
- pekerjaan
- sumbar daya alam
- lingkungan hidup
- bencana alam
- pemanfaatan sains dan teknologi
Karakteristik asesmen kontekstual (REACT)
Relating
terkait langsung dengan konteks pengalaman kehidupan nyata.
Experiencing
ditekankan kepada penggalian (eksplorasi), penemuan (discovery), dan penciptaan (invention).
Applying
menuntut kemampuan peserta didik untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di dalam kelas untuk menyelesaikan masalah-masalah nyata.
Communication
menuntut kemampuan peserta didik untuk mampu mengomunikasikan kesimpulan model pada kesimpulan konteks masalah.
Transfering
menuntut kemampuan peserta didik untuk mentransformasi konsep-konsep pengetahuan dalam kelas ke dalam situasi atau konteks baru.
Perbandingan asesmen tradisional dan kontekstual
Asesmen Tradisional
- Peserta didik cenderung memilih respons yang diberikan.
- Konteks dunia kelas (buatan)
- Umumnya mengukur aspek ingatan (recalling)
- Terpisah dengan pembelajaran Terintegrasi dengan pembelajaran Pembuktian tidak langsung, cenderung teoretis.
Asesmen Kontekstual
- Peserta didik mengekspresikan respons
- Konteks dunia nyata (realistis)
- Mengukur performansi tugas (berpikir tingkat tinggi)
- Pembuktian langsung melalui penerapan pengetahuan dan keterampilan dengan konteks nyata.