1. Indikasi Untuk Transfusi Sel Darah Merah.
a) Indikasi
Indikasi satu-satunya untuk transfusi sel darah merah adalah kebutuhan untuk memperbaiki penyediaan oksigen ke jaringan dalam jangka waktu singkat. Kadar hemoglobin rendah tidak boleh menjadi satu-satunya alasan transfusi, karena banyak lagi factor yang penting; termasuk usia penderita, dan keadaan umum serta besarnya penurunan kadar hemoglobin. Penderita dengan kadar hemoglobin yang menurun secara tiba-tiba akan merasa sakit dan memang membutuhkan transfusi.
Walaupun kadar hemoglobin cukup rendah (misalnya 80 g/l), namun dapat ditoleransikan penderita yang tubuhnya masih mempunyai waktu untuk beradaptasi, karena penurunan kadar terjadi secara bertahap salama berminggu-minggu atau berbulan-bulan, sehingga penderita itu biasanya lebih baik diobati dengan cara lain.
b) Kehilangan darah yang akut
Jika darah hilang karena trauma atau pembedahan, maka baik penggantian sel darah merah maupun volume darah dibutuhkan. Jika lebih dari separuh volume darah hilang, maka darah lengkap yang harus diberikan; jika kurangn daripada separuh, maka konsentrat sel darah merah dan plasma expanders yang diberikan.
c) Transfusi darah prabedah
Biasanya lebih aman memperbaiki anemia dengan hematinik yang sesuai, jika penyebabnya diketahui. Jika anemia prabedah tidak dapat diatasi dengan cara tersebut (misalnya, jika pembedahan bersifat darurat, atau penderita gagal dapat diatasi dengan hematinik), dan kadar hemoglobin 80 g/l atau kurang, maka setiap penderita boleh ditransfusi. Jika hemoglobin antara 80 dan 100 g/l, setiap penderita harus dinilai secara perorangan sebelum keputusan untuk memberikan transfusi dilakukan.
d) Anemia defisiensi besi
Penderita defisiensi besi tidak dapat ditansfusikan, kecuali memang dibutuhkan untuk pembedahan segera atau yang telah gagal berespon terhadap pengobatan dengan dosis terapeutik penuh besi peroral. Transfuse pada defisiensi besi saja akan menjadi mahal, dan dapat berbahaya karena meningkatnya kadar hemoglobin, yang sebenarnya dapat meningkat sekitar 10 g/l/minggu dengan pengobatan peroral yang adekuat, jika tidak terdapat penyakit lain.
e) Anemia megaloblastik
Transfusi harus dihindarkan pada penderita ini, karena dapat mencetuskan gagal jantung dan kematian karena peningkatan tegangan pada jantung.
f) Anemia yang berkaitan dengan kelainan menahun
Kadang-kadang penderita penykit keganasan, arthritis rheumatoid, atau proses radang menahun tidak merespon terhadap hematinik, sehingga membutuhkan transfuse darah.
g) Gagal ginjal-anemia berat yang berkaitan dengan gagal ginjal seharunya diobati dengan transfusi sel darah merah maupun dengan eritropoietin manusia rekombinan.
h) Gagal sumsum tulang
Penderita gagal sumsum tulang karena leukemia, pengobatan sitotoksin, atau infiltrasi keganasan akan membutuhkan buka saja sel darah merah, namun juga komponen darah yang lain.
i) Penderita yang tergantung transfusi
Penderita sindrom talasemia berat, anemia aplastik, dan anemi sideroblastik membutuhka tansfusi secara teratur setiap empat sampai enam minggu, sehingga mereka mampu menjalani kehidupan yang normal-bagi anak-anak, dan petumbuhan yang normal.
j) Penyakit sel bulan sabit
Beberapa penderita penyakit ini juga membutuhkan transfusi secara teratut, terutam setelah stroke, karena “sindrom dada” berulang yang mengancam jiwa, dan selama kehamilan. Pemilohan sel darah merarh pada penderita bukan keturunan eropa bagian utara, memerlukan penyaring tambahan terutama pada antigen Kell, dan semua antigen Rh. Beberapa penderita penyakit sel bulan sabit membutuhkan transfusi pengganti pada kedaruratan seperti hipoksia berat, stroke, priapisme. Tujuanya untuk mengurangi jumlah hemoglobin S sampai kurang daripada 20% total, sambil secara bertahap meningkatkan kadar hemoglobin total menjadi 120-145 g/I.
k) Penyakit hemolitik neonatus juga dapat menjadi indikasi untuk transfusi pengganti, jika neonatus mengalami hiperbilirubinemia berat atau anemia.
2. Indikasi lain untuk transfusi pengganti mencangkup beberapa kasus tertentu malaria berat karena plasmodium falciparum dan septicemia meningokokus.
Hemolisis diperantarai imunitas
penderita penyakit ini tidak boleh dibiarkan menjadi rentan terhadap anemia berat. Walaupun demikian seleksi dan uji unit sel dara merah sebelum tranfusi tidak boleh dilaksanakan tanpa anjuran ahli hemtologi.
3. Indikasi pemberian transfusi darah antara lain :
a) Untuk memberikan volume darah yang adekuat.
b) Mencegah syok hemoragik.
c) Meningkatkan kapasitas pembawaoksigen darah.
d) Megganti trombosit atau faktor pembeku darah untukpertahankan hemostatis.
a) Indikasi
Indikasi satu-satunya untuk transfusi sel darah merah adalah kebutuhan untuk memperbaiki penyediaan oksigen ke jaringan dalam jangka waktu singkat. Kadar hemoglobin rendah tidak boleh menjadi satu-satunya alasan transfusi, karena banyak lagi factor yang penting; termasuk usia penderita, dan keadaan umum serta besarnya penurunan kadar hemoglobin. Penderita dengan kadar hemoglobin yang menurun secara tiba-tiba akan merasa sakit dan memang membutuhkan transfusi.
Walaupun kadar hemoglobin cukup rendah (misalnya 80 g/l), namun dapat ditoleransikan penderita yang tubuhnya masih mempunyai waktu untuk beradaptasi, karena penurunan kadar terjadi secara bertahap salama berminggu-minggu atau berbulan-bulan, sehingga penderita itu biasanya lebih baik diobati dengan cara lain.
b) Kehilangan darah yang akut
Jika darah hilang karena trauma atau pembedahan, maka baik penggantian sel darah merah maupun volume darah dibutuhkan. Jika lebih dari separuh volume darah hilang, maka darah lengkap yang harus diberikan; jika kurangn daripada separuh, maka konsentrat sel darah merah dan plasma expanders yang diberikan.
c) Transfusi darah prabedah
Biasanya lebih aman memperbaiki anemia dengan hematinik yang sesuai, jika penyebabnya diketahui. Jika anemia prabedah tidak dapat diatasi dengan cara tersebut (misalnya, jika pembedahan bersifat darurat, atau penderita gagal dapat diatasi dengan hematinik), dan kadar hemoglobin 80 g/l atau kurang, maka setiap penderita boleh ditransfusi. Jika hemoglobin antara 80 dan 100 g/l, setiap penderita harus dinilai secara perorangan sebelum keputusan untuk memberikan transfusi dilakukan.
d) Anemia defisiensi besi
Penderita defisiensi besi tidak dapat ditansfusikan, kecuali memang dibutuhkan untuk pembedahan segera atau yang telah gagal berespon terhadap pengobatan dengan dosis terapeutik penuh besi peroral. Transfuse pada defisiensi besi saja akan menjadi mahal, dan dapat berbahaya karena meningkatnya kadar hemoglobin, yang sebenarnya dapat meningkat sekitar 10 g/l/minggu dengan pengobatan peroral yang adekuat, jika tidak terdapat penyakit lain.
e) Anemia megaloblastik
Transfusi harus dihindarkan pada penderita ini, karena dapat mencetuskan gagal jantung dan kematian karena peningkatan tegangan pada jantung.
f) Anemia yang berkaitan dengan kelainan menahun
Kadang-kadang penderita penykit keganasan, arthritis rheumatoid, atau proses radang menahun tidak merespon terhadap hematinik, sehingga membutuhkan transfuse darah.
g) Gagal ginjal-anemia berat yang berkaitan dengan gagal ginjal seharunya diobati dengan transfusi sel darah merah maupun dengan eritropoietin manusia rekombinan.
h) Gagal sumsum tulang
Penderita gagal sumsum tulang karena leukemia, pengobatan sitotoksin, atau infiltrasi keganasan akan membutuhkan buka saja sel darah merah, namun juga komponen darah yang lain.
i) Penderita yang tergantung transfusi
Penderita sindrom talasemia berat, anemia aplastik, dan anemi sideroblastik membutuhka tansfusi secara teratur setiap empat sampai enam minggu, sehingga mereka mampu menjalani kehidupan yang normal-bagi anak-anak, dan petumbuhan yang normal.
j) Penyakit sel bulan sabit
Beberapa penderita penyakit ini juga membutuhkan transfusi secara teratut, terutam setelah stroke, karena “sindrom dada” berulang yang mengancam jiwa, dan selama kehamilan. Pemilohan sel darah merarh pada penderita bukan keturunan eropa bagian utara, memerlukan penyaring tambahan terutama pada antigen Kell, dan semua antigen Rh. Beberapa penderita penyakit sel bulan sabit membutuhkan transfusi pengganti pada kedaruratan seperti hipoksia berat, stroke, priapisme. Tujuanya untuk mengurangi jumlah hemoglobin S sampai kurang daripada 20% total, sambil secara bertahap meningkatkan kadar hemoglobin total menjadi 120-145 g/I.
k) Penyakit hemolitik neonatus juga dapat menjadi indikasi untuk transfusi pengganti, jika neonatus mengalami hiperbilirubinemia berat atau anemia.
2. Indikasi lain untuk transfusi pengganti mencangkup beberapa kasus tertentu malaria berat karena plasmodium falciparum dan septicemia meningokokus.
Hemolisis diperantarai imunitas
penderita penyakit ini tidak boleh dibiarkan menjadi rentan terhadap anemia berat. Walaupun demikian seleksi dan uji unit sel dara merah sebelum tranfusi tidak boleh dilaksanakan tanpa anjuran ahli hemtologi.
3. Indikasi pemberian transfusi darah antara lain :
a) Untuk memberikan volume darah yang adekuat.
b) Mencegah syok hemoragik.
c) Meningkatkan kapasitas pembawaoksigen darah.
d) Megganti trombosit atau faktor pembeku darah untukpertahankan hemostatis.